EFEK SELF QUARANTINE #1 - LUKA MASA LALU

Jadi........ masih kuat di rumah aja?

Jujur, aku pribadi udah stres sih. Biasanya dalam sehari ada aja keluar rumah ; kuliah, makan di luar, atau 'olahraga' di RPM alias jalan kaki random aja gitu di RPM. Tapi sekarang 24 jam di rumah, rutinitas cuma tugas tugas dan tugas, kalau jenuh cuma bisa menghibur diri dengan nonton seri atau mendengarkan lagu. I NEED BANDUNG!!!!!

---

Ok langsung ke pembahasan ngalor ngidul


Iya sih efek COVID-19 ini membuat seluruh rutinitas menjadi serba #dirumahaja. Perekonomian pun terganggu bahkan sektor UMKM pada saat krismon (katanyaaaa) tidak terganggu, ini ikut terganggu. karyawan di-PHK, kegiatan sekolah dan kuliah melalui daring, dsb.

Tapi...


Disamping itu juga ada hal positif yang bisa dirasakan. Buat kalian yang tinggal di daerah berpolusi tinggi seperti Jakarta khususnya tinggal di apartemen pasti akan merasakan perbedaan yang sangat signifikan. Langit begitu cerah, awan terlihat dengan jelas seperti beberapa foto yang berseliweran di Internet.


Kalau dipikir-pikir, sebenarnya bisa jadi ini kumpulan do'a-do'a aku dan beberapa masyarakat Indonesia yang pingin di tahun 2020 ini banyak libur. Katanya sih ingin rehat. Iya sih libur kerja di kantor, libur kuliah di kampus, dsb tapi semua beralih di rumah. Ada yang fine-fine aja karena terbiasa di rumah untuk rebahan dan memang sudah work from home sejak dulu, tapi ada juga yang awalnya menyambut namun setelah berjalan ternyata jenuh juga berujung stres. Yaaa manusia memang tidak ada puasnya.

---

Nyerempet dari efek self quarantine, aku mau bahas hal yang sebenarnya sudah lama ingin aku publikasikan tapi masih takut, namun akhirnya yaaaaaa kalau ditunda terus mau sampai kapan? Bisa jadi Efek Self Quarantine #1 aku adalah jenuh dengan rutinitas tugas tugas dan tugas - stres - bingung mau ngapain karena ga ada ide - akhirnya keluar lah ini tulisan untuk membahas sesuatu yang memang terjadi sama aku, dan mungkin kalian yang membaca ini.

Luka masa lalu


Seberapa berdampakkah luka masa lalu terhadap masa depan?

Aku akan berkata, "sangat".

Why?

Gak banyak yang tahu kalau aku pernah depresi. Bahkan kakakku sendiri mungkin belum tau, kecuali kalau saat ini mereka membaca tulisan ini.

(jujur nulis sampai sini udah mau nangis. masih membekas choy)

Kok bisa?

Awalnya juga aku mikir begitu. Bisa dibilang secara ekonomi (Alhamdulillah) lebih dari cukup, kuliah fine-fine aja, pertemanan yaaaaa kalian bisa liat seberapa gilanya anak basjok kalau kalian mahasiswa FH unsikuy 17, dll yang aku rasa harusnya aku tidak mengalami ini. Tapi ya ini terjadi sama aku.

Ini terjadi sebelum 2020, tepatnya kapan? Cukup #yangtautauaja, karena kalau aku jelasin kalian pasti bakal ngomong "ih boong lu", "lah kan waktu itu kita main bareng dan lo ga kenapa-napa", dll. Iya depan orang gua begitu, lah kalau di belakang kan beda urusan, apalagi kalau sendiri hehehe.

OK balik ke topik

Aku rasa banyak orang yang tau kalau golden age, masa bayi hingga pra-remaja, atau istilah apapun itu sangat menentukan 'bentukan' kita ke depannya akan seperti apa, dari sifat, perilaku, cara berpikir, menanggapi masalah, dll. tapi mereka tidak sepenuhnya sadar bahwa itu benar terjadi.

Kaitannya depresi di kasus aku dengan luka masa lalu adalah...

Sebelum aku di-healing, mungkin jatohnya hipnoterapi tapi ya aku ga tau, intinya terapis tersebut bilangnya healing aja untuk membuka (mengetahui atau istilah hukumnya membuat terang) apa sebenarnya penyebab aku bisa terkena depresi. Awalnya aku kira karena salah satu peristiwa (yang aku tidak ingin sebutkan disini karena kaitannya dengan keluarga) bahkan aku sampai demam 2 hari juga pada saat itu, tapi ternyata nggak. Peristiwa itu hanya trigger, trigger si 'monster' itu muncul ke permukaan.

Proses healing itu sakit banget. Kenapa? Yaaaaaaa kita udah lupa hal-hal yang mungkin menyakitkan di hidup kita dan itu dibiarkan menghilang tak terjelaskan dan belum selesai, tiba-tiba disuruh masuk ke alam bawah sadar dan pada kasus aku, aku tiba-tiba melihat suatu kejadian dimana aku pernah dibully sampai kepada fisik dan aku melihat diriku sendiri dipukul dan ditendang. Iya, sebegitunya. Aku cuma bisa nangis dan gak ada yang nolong aku. Itu jelas banget dari lokasinya, orangnya, suasananya bahkan warna langitnya pun aku lihat dengan jelas. Ada lagi (yang ini jujur aku degdegan nulisnya hehe but i love you, Bang) aku lihat aku di rumah. Disitu aku posisinya dibentak sama kakakku dan tidak boleh mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin saat itu aku merasa ya udahlah dan mungkin kakakku juga tidak berpikir bahwa itu akan sangat berdampak ke psikis aku toh niatnya memberitahu, tapi ternyata secara tidak sadar tubuh aku meresponnya bahwa itu adalah sebuah luka. Dan lain-lain yang kalau dijabarkan banyak banget

Apa efek luka tersebut ke diri aku?

Aku jadi lebih pendiam, dan karena aku merasa tertindas aku harus punya self-defence dengan cara mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk melawan orang-orang yang berusaha menyakiti aku, dan rata-rata berujung tonjokan atau pukulan, dan itu berlaku buat orang yang menyakiti orang di sekitar aku. Aku jadi takut untuk berbicara padahal juga ga ada yang melarang, tapi efek 'luka' itu tubuh merespon otomatis. Aku juga gampang kaget kalau ada suara tiba-tiba atau hentakan yang keras yang berefek ke jantung terasa lebih lemah. Ini sih yang aku ingat. Kalau ada tambahan nanti aku edit.

Ok loncat lagi ke proses healing

Setelah proses healing itu, aku jadi tau bahwa kumpulan luka masa lalu yang tidak kita ingat bahkan tidak ingat sama sekali akan terus berefek hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun. Lukanya akan masih tetap ada dan kalau tidak diselesaikan dan disembuhkan, ya bisa jadi efeknya ke depresi seperti yang aku alami beberapa waktu lalu. Selain itu, memaafkan cenderung lebih mudah bila dibandingkan dengan menyembuhkan luka atas apa yang diperbuat oleh orang lain kepada kita.

---

Kayanya segini dulu. Kalau aku nulis atau menceritakan hal-hal yang berbau masalah psikisku pasti ujung-ujungnya lemes parah. Alhamdulillah yang sekarang ga kena panic attack. 

Ngomong-ngomong aku mau berterima kasih sama Muhamad Bayu Kurnia a.k.a Bayu Warhol sehingga terjadilah tulisan ini walau ngaretnya berbulan-bulan.

See you guys!

Komentar

Postingan Populer